Newmont Belum Bisa Ekspor Konsentrat, Pemerintah Ikut Pusing
JAKARTA, KOMPAS.com
– Hingga pertengahan September 2014 ini, PT Newmont Nusa Tenggara belum
juga mengantongi rekomendasi ekspor dari Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM).
Musababnya, perusahaan kontrak karya tersebut belum mencapai kesepakatan bisnis dengan partner proyek smelter mereka, yakni PT Freeport Indonesia. Akibatnya, potensi nilai ekspor tambang dari Newmont berpotensi tak bisa dihitung.
Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi mengatakan, jika Newmont batal ekspor tahun ini, nilai ekspor dalam neraca pedagangan bakal berkurang 1 miliar dollar AS. “Kalau Newmont gagal ekspor, maka kekurangannya dari Newmont saja sekitar satu miliar dollar AS. Saya berharap Newmont segera bisa mendapatkan kesepakatan dengan mitranya,” kata dia ditemui usai East Asia Policy Dialogue: Indonesia in Trade Agreements, di Jakarta, Jumat (12/9/2014).
Tetapi, lanjut Lutfi, semangat pemerintah saat ini tetap, yakni melakukan hilirisasi. Ibarat pergi ke sekolah menuntut ilmu, maka Indonesia butuh berkorban yakni melewati ujian agar naik kelas.
“Kalau kita defisit karena Newmont tidak berhasil ekspor, ya itu memang sudah menjadi risiko. Tapi bagus enggak kebijakannya? Saya bilang fantastis. Karena nilai tambahnya itu luar biasa buat ekonomi Indonesia. Menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan,” jelas dia.
Saat ini pemerintah pasrah dan menunggu kesepakatan yang bakal diambil dua raksasa tambang tersebut. Pada Juli 2014 lalu, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus 123,7 juta dollar AS.
Surplus perdagangan bisa berulang di Agustus 2014, bisa jadi tidak, disebabkan kepastian ekspor Newmont dan turunnya harga crude palm oil (CPO) di pasar dunia. Namun, Lutfi optimistis, neraca perdagangan Agustus 2014 surplus tipis lantaran impor tidak sebesar ekspor diakibatkan musiman.
Musababnya, perusahaan kontrak karya tersebut belum mencapai kesepakatan bisnis dengan partner proyek smelter mereka, yakni PT Freeport Indonesia. Akibatnya, potensi nilai ekspor tambang dari Newmont berpotensi tak bisa dihitung.
Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi mengatakan, jika Newmont batal ekspor tahun ini, nilai ekspor dalam neraca pedagangan bakal berkurang 1 miliar dollar AS. “Kalau Newmont gagal ekspor, maka kekurangannya dari Newmont saja sekitar satu miliar dollar AS. Saya berharap Newmont segera bisa mendapatkan kesepakatan dengan mitranya,” kata dia ditemui usai East Asia Policy Dialogue: Indonesia in Trade Agreements, di Jakarta, Jumat (12/9/2014).
Tetapi, lanjut Lutfi, semangat pemerintah saat ini tetap, yakni melakukan hilirisasi. Ibarat pergi ke sekolah menuntut ilmu, maka Indonesia butuh berkorban yakni melewati ujian agar naik kelas.
“Kalau kita defisit karena Newmont tidak berhasil ekspor, ya itu memang sudah menjadi risiko. Tapi bagus enggak kebijakannya? Saya bilang fantastis. Karena nilai tambahnya itu luar biasa buat ekonomi Indonesia. Menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan,” jelas dia.
Saat ini pemerintah pasrah dan menunggu kesepakatan yang bakal diambil dua raksasa tambang tersebut. Pada Juli 2014 lalu, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus 123,7 juta dollar AS.
Surplus perdagangan bisa berulang di Agustus 2014, bisa jadi tidak, disebabkan kepastian ekspor Newmont dan turunnya harga crude palm oil (CPO) di pasar dunia. Namun, Lutfi optimistis, neraca perdagangan Agustus 2014 surplus tipis lantaran impor tidak sebesar ekspor diakibatkan musiman.
Komentar
Posting Komentar