BERAU, KOMPAS.com — Sebanyak 544 "manusia perahu"
terbaring lemas di sejumlah tenda penampungan Lapangan Bulalung,
Kecamatan Pulau Derawan, Kampung Tanjung Batu, Kabupaten Berau,
Kalimantan Utara, Selasa (25/11/2014). Kondisi mereka memprihatinkan.
Pantauan Kompas.com, mereka ditempatkan di dua tenda ukuran peleton. Mereka terbaring berkelompok dengan istri dan anak yang rata-rata masih berumur lima hingga sepuluh tahun. Anak-anak yang biasanya penuh tawa dan canda tampak tertidur seperti kelelahan.
"Kami tidak biasa di daratan. Kalau tidak kena air laut, kaki-kaki kami lemas," ujar Namurati, salah satu nelayan pria.
Dia mengaku tidak bisa berbahasa Indonesia. Pria empat anak dan satu istri tersebut hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa suku Bajo. Komunikasi mereka dengan Kompas.com itu dibantu penduduk setempat yang mengerti bahasa mereka.
Mereka tampak tidak mengenakan pakaian yang laik pakai. Semua baju dan celana yang mereka kenakan kotor. Beberapa malah tidak mengenakan baju. Semuanya pun tidak mengenakan alas kaki. Bau tidak enak sangat menyengat ketika memasuki tenda mereka.
Rata-rata, sudah seminggu mereka digiring ke lapangan itu oleh Polri, TNI, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selama itu, mereka tidak pernah mandi. Mereka mengaku tidak biasa mandi dengan air biasa. Mereka biasa mandi dengan air asin. Soal makanan sehari-hari, mereka tidak biasa memakan nasi. Mereka biasa memakan ikan atau singkong dan ubi saja.
Oleh sebab itu, dapur umum yang dibuat oleh Palang Merah Indonesia di lapangan itu tidak berguna bagi mereka. Dapur umum itu hanya digunakan untuk memasak bagi personel TNI, Polri, dan relawan yang membantu di sana.
Berdasarkan pemeriksaan kesehatan petugas saat mereka datang, kebanyakan mereka menderita penyakit kulit. Adapun penyakit serius sejauh ini belum terdeteksi.
Mereka tidak dibatasi beraktivitas di kampung tersebut. Polri dan TNI yang menjaga mereka memperbolehkan beraktivitas sesuai keinginan mereka. Namun, sejumlah personel tampak berjaga di dermaga atau tempat kapal bersandar demi mencegah mereka kabur.
Selasa siang, sejumlah pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), TNI AL, Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), dan unsur musyawarah pimpinan daerah Kalimantan Timur meninjau keberadaan mereka. Pemerintah berjanji akan mencarikan solusi bagi mereka.
"Manusia perahu" adalah warga suku Bajo yang ditangkap satuan keamanan laut KKP, beberapa waktu lalu. Mereka tidak terdaftar sebagai warga negara Indonesia. Mereka kebanyakan berasal dari Samporna, Malaysia, dan Filipina. Pemerintah Indonesia menganggap mereka mencuri hasil laut Indonesia untuk dijual ke negara lain.http://nasional.kompas.com/read/2014/11/25/15395901/.Manusia.Perahu.Terdampar.di.Daratan.Kaki.Lemas.jika.Tak.Sentuh.Air.Laut
Pantauan Kompas.com, mereka ditempatkan di dua tenda ukuran peleton. Mereka terbaring berkelompok dengan istri dan anak yang rata-rata masih berumur lima hingga sepuluh tahun. Anak-anak yang biasanya penuh tawa dan canda tampak tertidur seperti kelelahan.
"Kami tidak biasa di daratan. Kalau tidak kena air laut, kaki-kaki kami lemas," ujar Namurati, salah satu nelayan pria.
Dia mengaku tidak bisa berbahasa Indonesia. Pria empat anak dan satu istri tersebut hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa suku Bajo. Komunikasi mereka dengan Kompas.com itu dibantu penduduk setempat yang mengerti bahasa mereka.
Mereka tampak tidak mengenakan pakaian yang laik pakai. Semua baju dan celana yang mereka kenakan kotor. Beberapa malah tidak mengenakan baju. Semuanya pun tidak mengenakan alas kaki. Bau tidak enak sangat menyengat ketika memasuki tenda mereka.
Rata-rata, sudah seminggu mereka digiring ke lapangan itu oleh Polri, TNI, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selama itu, mereka tidak pernah mandi. Mereka mengaku tidak biasa mandi dengan air biasa. Mereka biasa mandi dengan air asin. Soal makanan sehari-hari, mereka tidak biasa memakan nasi. Mereka biasa memakan ikan atau singkong dan ubi saja.
Oleh sebab itu, dapur umum yang dibuat oleh Palang Merah Indonesia di lapangan itu tidak berguna bagi mereka. Dapur umum itu hanya digunakan untuk memasak bagi personel TNI, Polri, dan relawan yang membantu di sana.
Berdasarkan pemeriksaan kesehatan petugas saat mereka datang, kebanyakan mereka menderita penyakit kulit. Adapun penyakit serius sejauh ini belum terdeteksi.
Mereka tidak dibatasi beraktivitas di kampung tersebut. Polri dan TNI yang menjaga mereka memperbolehkan beraktivitas sesuai keinginan mereka. Namun, sejumlah personel tampak berjaga di dermaga atau tempat kapal bersandar demi mencegah mereka kabur.
Selasa siang, sejumlah pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), TNI AL, Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), dan unsur musyawarah pimpinan daerah Kalimantan Timur meninjau keberadaan mereka. Pemerintah berjanji akan mencarikan solusi bagi mereka.
"Manusia perahu" adalah warga suku Bajo yang ditangkap satuan keamanan laut KKP, beberapa waktu lalu. Mereka tidak terdaftar sebagai warga negara Indonesia. Mereka kebanyakan berasal dari Samporna, Malaysia, dan Filipina. Pemerintah Indonesia menganggap mereka mencuri hasil laut Indonesia untuk dijual ke negara lain.http://nasional.kompas.com/read/2014/11/25/15395901/.Manusia.Perahu.Terdampar.di.Daratan.Kaki.Lemas.jika.Tak.Sentuh.Air.Laut
Komentar
Posting Komentar