KENDAL, KOMPAS.com - Ada
acara diskusi menarik yang digelar oleh Badan Narkotika Nasional
Kabupaten Kendal dan Forum Komunikasi Media Tradisional (FK-Metra)
Kendal, Jawa Tengah, Kamis (27/11/2014).
Bukan karena tema diskusinya yang menyangkut soal bahaya norkoba, tetapi karena dalam diskusi tersebut, peserta menggunakan harus memakai Bahasa Jawa. Ada rasa aneh di telinga saat berada di tengah diskusi tersebut. Padahal, bahasa ibu yang digunakan untuk diskusi itu, sering digunakan dalam pergaulan biasa.
Beberapa peserta tampak tersenyum lebar, ketika mendengarkan usulan, atau sanggah peserta lain. Ada juga yang tertawa kecil. Sehingga acara menjadi meriah.
Meskipun diselingi dengan senyum dan tawa, diskusi tetap berjalan baik. Menurut Kasi Pencegahan BNN Kendal, Sapto Nugroho, yang menjadi pemandu acara, diskusi menggunakan Bahasa Jawa, sebenarnya sudah biasa digunakan di kampung-kampung tingkat RT atau RW. Cuma, lingkupnya kecil dan pesertanya adalah para tetangga yang setiap hari bertemu.
“Sebenarnya diskusi dengan menggunakan Bahasa Jawa antara BNN dan FK Metra, tidak istimewa. Sebab, kami adalah orang Jawa dan peserta diskusi dari FK-Metra adalah pelaku seni tradisional,” kata lelaki yang biasa disapa Gembong, usai diskusi.
Gembong menjelaskan, acara yang diberi nama Focus Group Disscusion (FGD) ini, sengaja menggunakan Bahasa Jawa, hanya sekedar untuk melestarikan bahasa ibu saja. Sebab secara kebetulan, pesertanya adalah para seniman tradisional, di antaranya para pemain ketoprak.
“Bahasa Jawa yang kami gunakan, tidak melulu karma inggil. Tapi juga tadi banyak yang menggunakan bahasa Jawa ngoko,” lanjutnya.
Gembong mengaku, FGD digelar empat kali dalam dua minggu. Peserta diskusi, berbeda-beda. Ada yang dari pelajar, LSM, wartawan dan pelaku seni. Diharap dengan FGD ini, muncul rekomendasi terkait pengguna narkoba, untuk disampaikan ke BNN pusat.
Sementara itu, salah satu pelaku diskusi dari FK-Metra, Soni, mengaku senang dengan diskusi narkoba yang menggunakan Bahasa Jawa. “Selain kita bisa mencari solusi terbaik bagi pengguna narkoba dan pencegahannya, juga sekaligus untuk melestarikan Bahasa Jawa, yang sudah mulai luntur, karena generasi sekarang lebih memilih memakai Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi setiap hari,” kata dia.http://regional.kompas.com/read/2014/11/27/15001361/Beginilah.Jadinya.kalau.Diskusi.Narkoba.Pakai.Bahasa.Jawa
Bukan karena tema diskusinya yang menyangkut soal bahaya norkoba, tetapi karena dalam diskusi tersebut, peserta menggunakan harus memakai Bahasa Jawa. Ada rasa aneh di telinga saat berada di tengah diskusi tersebut. Padahal, bahasa ibu yang digunakan untuk diskusi itu, sering digunakan dalam pergaulan biasa.
Beberapa peserta tampak tersenyum lebar, ketika mendengarkan usulan, atau sanggah peserta lain. Ada juga yang tertawa kecil. Sehingga acara menjadi meriah.
Meskipun diselingi dengan senyum dan tawa, diskusi tetap berjalan baik. Menurut Kasi Pencegahan BNN Kendal, Sapto Nugroho, yang menjadi pemandu acara, diskusi menggunakan Bahasa Jawa, sebenarnya sudah biasa digunakan di kampung-kampung tingkat RT atau RW. Cuma, lingkupnya kecil dan pesertanya adalah para tetangga yang setiap hari bertemu.
“Sebenarnya diskusi dengan menggunakan Bahasa Jawa antara BNN dan FK Metra, tidak istimewa. Sebab, kami adalah orang Jawa dan peserta diskusi dari FK-Metra adalah pelaku seni tradisional,” kata lelaki yang biasa disapa Gembong, usai diskusi.
Gembong menjelaskan, acara yang diberi nama Focus Group Disscusion (FGD) ini, sengaja menggunakan Bahasa Jawa, hanya sekedar untuk melestarikan bahasa ibu saja. Sebab secara kebetulan, pesertanya adalah para seniman tradisional, di antaranya para pemain ketoprak.
“Bahasa Jawa yang kami gunakan, tidak melulu karma inggil. Tapi juga tadi banyak yang menggunakan bahasa Jawa ngoko,” lanjutnya.
Gembong mengaku, FGD digelar empat kali dalam dua minggu. Peserta diskusi, berbeda-beda. Ada yang dari pelajar, LSM, wartawan dan pelaku seni. Diharap dengan FGD ini, muncul rekomendasi terkait pengguna narkoba, untuk disampaikan ke BNN pusat.
Sementara itu, salah satu pelaku diskusi dari FK-Metra, Soni, mengaku senang dengan diskusi narkoba yang menggunakan Bahasa Jawa. “Selain kita bisa mencari solusi terbaik bagi pengguna narkoba dan pencegahannya, juga sekaligus untuk melestarikan Bahasa Jawa, yang sudah mulai luntur, karena generasi sekarang lebih memilih memakai Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi setiap hari,” kata dia.http://regional.kompas.com/read/2014/11/27/15001361/Beginilah.Jadinya.kalau.Diskusi.Narkoba.Pakai.Bahasa.Jawa
Komentar
Posting Komentar