JAKARTA, KOMPAS.com - Ada satu hal yang diperbuat oleh orangtua Ade Sara Angelina Suroto untuk putri semata wayangnya tepat pada hari kematian Sara. Mungkin itu sederhana. Namun, bagi kedua orangtua Sara, Suroto dan Elisabeth, hal itu adalah sesuatu yang baru pertama kali mereka lakukan.

"Tanggal 3 Maret, saya sama istri untuk pertama kalinya bikin nasi uduk," ujar Suroto di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (25/11/2014).

Tanggal 3 Maret merupakan hari di mana Ade Sara bertemu dengan ajalnya. Sara berjumpa dengan Assyifa Ramadhani dan Ahmad Imam Al Hafitd. Dua orang yang tanpa dia duga membunuhnya.

Nasi uduk adalah masakan sederhana yang dibuat khusus oleh kedua orangtua Sara. Suroto bercerita ketika mereka selesai memasak, mereka berdua menanti kehadiran Sara yang mereka ketahui sedang les. [Baca: Pengacara Assyifa Sebut Hafitd Perintahkan Menyiksa Ade Sara]

Tidak lupa, sambil membayangkan bagaimana mimik wajah bahagia sang putri setelah menikmati jamuan khusus dari orangtuanya. Hari semakin larut. Ade Sara belum juga pulang ke rumah mereka untuk bergabung makan malam bersama.

Perut pun semakin lapar. Akhirnya, Suroto memakan nasi uduk itu lebih dulu. Sebenarnya, tidak ada momen apa pun yang membuat mereka memasak jamuan khusus pada hari itu.

Satu-satunya perayaan yang dirayakan Suroto dan Elisabeth adalah melihat putrinya bahagia. Ya, dirayakan walau dengan cara sederhana seperti memakan nasi uduk buatan ayah dan bunda.

"Tetapi sebagian lagi akhirnya terbuang karena Sara memang tidak kunjung datang," ujar Suroto. Memang benar, satu yang membuat orangtua semangat bekerja adalah anak. Setidaknya, itu diakui oleh Suroto. [Baca: Hafitd Dituntut Hukuman Seumur Hidup atas Pembunuhan Ade Sara]

Suroto menggambarkan tiap hal yang ia rasakan setelah tahu Sara tidak akan pulang untuk mencicipi nasi uduk buatannya. Kata Suroto, semua terasa gelap. "Saya merasa melihat ke depan terasa gelap. Harapan-harapan sudah pupus, yang meneruskan keturunan sudah tidak ada," ujar Suroto.

Bukan hanya harapan Suroto sebagai orangtua yang habis. Cita-cita dan harapan yang dimiliki Ade Sara turut kandas seiring dengan kematiannya.

Harapan untuk berkeluarga. Harapan untuk membahagiakan kedua orangtua. Harapan untuk mencapai pendidikan tinggi. Termasuk keinginannya untuk pergi ke Jerman. Sara memang tengah belajar bahasa Jerman. Sara juga dibunuh dengan sadis sepulang les bahasa Jerman. "Semua telah dirampas oleh pembunuh sejoli itu," ujar Suroto.http://megapolitan.kompas.com/read/2014/11/25/16164911/Masakan.Terakhir.untuk.Ade.Sara.dari.Ayah.dan.Ibu

Komentar

Postingan Populer